Diclaimer: Tulisan ini dibuat pada tanggal 20 Juli 2020. Tapi karena satu dua hal baru "bisa" diposting hari ini. Happy reading all.
Aku bersyukur disampaikan pada langkah ini. Segala puji hanya milik-Nya. Sang pemilik segalanya. Setahun terakhir aku mengalami naik-turun kehidupan yang cukup drastis. Setahun yang lalu sekitaran akhir bulan Juni hingga awal Agustus aku merasa di atas awan! Studi yang lancar, beasiswa juga lancar, kegiatan ekstrakulikuler pun lancar. Bahkan tak disangka-sangka aku akhirnya berani mengambil langkah paling unpredictable untuk memulai sebuah komitmen. Kebahagiaan tidak cukup sampai di situ. Aplikasiku ke sebuah program pengembangan diri di salah satu perusahaan teknologi terbesar di tanah air pun lulus. Setahun lalu, hidup ini serasa sungguh indah dan menyenangkan.
Bulan berganti Juli akhir dan saatnya kau berangkat ke Jakarta untuk mengikuti serangkaian program yang aku lolos di dalamnya. Aku pun tidak menyangka akan lolos. Pertama karena itu untuk mahasiswa angkatan 2016 (setahun di atasku). Kedua aku merasa tidak punya sesuatu yang menonjol di bidang pemrograman. Namun, satu langkah gila yang aku ambil beberapa bulan sebelumnya mengantarkanku ke sebuah pengalaman yang luar biasa. Ah sungguh menyenangkan jika flashback setahun yang lalu sekaligus mengingatkan diri ini untuk berani mencoba hal-hal gila lainnya. haha.
Btw, ke jakarta bukan lah hal yang baru bagiku mengingat semasa SMA aku bersekolah di BSD, Tangerang Selatan. Namun, tetap saja pengalamn kali ini berbeda. Apa yang membuat beda? kali ini aku ke Jakartanya pake pesawat cuyy!!! haha norak emang maafkan. Karena semasa SMA aku ga pernah diizinkan untuk naik pesawat meskipun harga tiketnya mirip dengan harga tiket kereta api eksekutifku ketika dulu SMA mau pulang-pergi Jakarta-Surabaya. Yess akhirnya aku diizinkan oleh ummi untuk pergi dengan pesawat. Sesampainya di sana kita dijamu dengan fasilitas premium. aku rasa ini bukan yang tepat diceritakan di postingan kali ini. Tapi pokoknya terbaik dan fasilitasnya. haha.
Roda kehidupanku ternyata masih berada di puncaknya (i guess) karena begitu pengumuman pemenang ternyata kelompokku yang berhasil juara 1 dan mearih hadiah 30 juta. Ditambah lagi kita diapstikan lolos intership selama 3 bulan tanpa ada tes. Nostalgia kali ini benar-benanr mengena. Selanjutnya selang beberapa minggu sekembalinya dari Jakarta. Aku dan tim juara pertama diundang lagi untuk melaksanakan wawancara dengan kompas, tech in asia, dan tirto tentang kabar kemenanganb kami. Wow aku ga menyangka bakal diliput dan sekarang ketika ada orang yang search "Azzam Jihad Ulhaq" yang nangkring ngga cuman facebook, instagaram, dan sebagainya yang berkaitan dengan terorisme tapi juga kabar-kabar tentang prestasi juga. Aku merasa ini sedikit banyak kontribusi ke perbaikan citra namaku di internet. LOL.
Semester 5 mungkin bisa dibilang salah satu masa-masa paling bahagia yang pernah aku miliki selama berkuliah. Semuanya berjalan mulus, sesuai ekspektasi bahkan banyak lebihnya dan kemudahan-kemudahan itu muncul dengan sendirinya. Akhir tahun 2019 aku dikabarkan lolos seleksi program singkat selama 2 minggu ke jepang dengan beasisswa 80,000 yen atau setara 10 jutaan. Alamak, ada hadiah spesial juga ternyata di akhir tahun 2019. Salah satu cita-cita tidak kesampaianku untuk merasakan negara sakura akhirnya terjawab sudah dan berbeasiswa pula. Akhir tahun pun riset sejak januari sudah rampung dan aku juga mendapatkan project sampingan yang cukup besar nilainya. Segala puji hanya milik-Nya, sungguh mudah Ia memberikan segala kelancaran dan keberuntungan untuk hamba-Nya satu ini.
Awal tahun 2020 aku masih berkutat dengan riset baru yang bekerjasama dengan salah satu dokter di Rumah Sakit rujukan provinsi Jawa Timur. Namun ternyata riset itu tidak diteruskan. Aku pun sudah panik-senang persiapan untuk berangkat ke Jepang. Paniknya karena ada kabar virus corona dan sangat direkomendasikan untuk tidak pergi ke luar negeri. Sempat terlintas di benakku untuk membatalkan program yang akan aku jalani namu akhirnya urung dan bulat tekad untuk berangkat. Sehari-hari aku masih berangkat pagi pulang malam untuk menyelsaikan perkerjaanku di laboratorium.
Awal februari, satu lagi keajaiban terjadi. Aku dipercaya untuk menjadi Ketua Umum Lembaga Dakwah Kampus tingkat Institut. Organisasi yang bisa dikatan BEM dan setingkatnya (menurutku sih) karena mengelola SDM dari berbagai jurusan dan fakultas. Organisasi modern yang tidak berlandaskan minat bakat melainkan untuk sebuah visi dan misi yang luar biasa. Seminggu setelah dilantik aku pun bertolak ke Jepang. Selama di perjalanan aku belajar banyak hal. Mulai proses masuk bandara, masuk gate, barang apa saja yang ga boleh dibawa selama penerbangan internasional which is beda sama penerbangan domestik yang pernah aku rasain pas program di tokped (males ah pake samaran. ribet. wkwk.) awalnya kagok sih tapi ya namanya ga ngerti kan? hehe.
Pertama kali naik singapore airlines karena sebelumnya pake Lion sama Garuda. Pertama kali keluar pulau Jawa bahkan Indonesia. Pertama kali ngurus visa dan akhirnya make tuh passport yang udah dibuat sejak 2018 tapi masih kosong melompong. Pertama kali juga sampai di Singapura tepatnya di bandara Changi. Ah pengalaman pertama memang selalu menyenangkan. Sedikit banyak aku belajar banyak banyak hal dari memperhatikan orang-orang yang berasal dari berbagai negara. Exposurenya saja udah buat beda apalagi kalo misal aku akan hidup di lingkungan seperti itu ya. Makanya bener kata orang pengalaman internasional itu membuka pikrian banget. Dan hal itu sulit untuk dijelaskan tapi sangat terasa.
Sekembalinya dari Jepang aku tidak tenang. Kenapa? karena ada yang menggantung di Jepang. Sebuah ketidakpastian karena aku yang belum cukup bisa bersabar. Selama perjalananpun firasat tidak baik membayangi dan membuat serasa berat sekali untuk melalui hari itu. ingin rasanya memutar balik waktu dan ketika masih di jepang ada hal-hal yang ingin sekali aku perbaiki. Tapi masa lalu adalah hal yang paling jauh untuk dijangkau dan kematian adalah sebaliknya. Aku hanya bisa meneguhkan hati untuk siap menerima segala keadaan apapun sekembalinya ke Indonesia.
Awal maret selepas aku menyambut para staff baru Lembaga Dakwah Kampus dan dilanjut rapat hingga smaghrib. Aku pergi sebuah rumah makan untuk menyambut teman SMA yang kuliah di UI tapi sedang berkunjung ke Surabaya untuk mengikuti sebuah perlombaan. Hari itu sungguh melelahkan, hampir semua tenaga sudah terkuras habis dan sampai asrama mendekati tengah malam. Ketika baru saja turun dari motor dan membuka gerbang asrama tiba-tiba ada pesan masuk. Seakan disambar petir di tengah malam yang sunyi. Roda kehidupanku yang beberapa bulan terakhir bahkan lebih dari setengah tahun berada di atas seperti berputar 180 derajat dan berada di titik terendahnya. Sampai saat ini masih berusaha bangkit kembali.
Anyway, aku sangat berterimakasih untuk Azzam setahun ke belakang. Kamu hebat bro. Lihat perbandingan daripada Azzam setahun yang lalu. Jauh sekali pencapaian yang sudah dibuat.
Posting Komentar